Minggu, 12 Oktober 2008

P Gabriel Amorth : Pakar Eksorsisme Gereja Katolik

Sumber: 1. “An Interview With Fr Gabriele Amorth - The Church's Leading Exorcist by Gyles Brandreth of The Sunday Telegraph (October 2000); 2. “An Exorcist Tells His Story”; www.ignatiusinsight.com; 3. “The Reality of Evil - An Exorcist Relates His Experience”; www.catholic-forum.com/churches/cathteach


Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

“Kristologi yang mengabaikan setan adalah timpang dan tak akan pernah mampu memahami keagungan nilai penebusan.” ~ P. Gabriele Amorth


“Ingat, ketika kita menertawakan setan dan mengatakan pada diri kita sendiri bahwa ia tidak ada, saat itulah setan paling berbahagia.” ~ P. Gabriele Amorth



TANYA-JAWAB DENGAN P. GABRIELE AMORTH

“KUASA SETAN” MENURUT P. GABRIELE AMORTH

“ST PADRE PIO DAN SETAN” MENURUT P. GABRIELE AMORTH




TANYA-JAWAB DENGAN P. GABRIELE AMORTH


Pastor Gabriele Amorth dilahirkan pada tanggal 1 Mei 1925 di Modena, Italia utara, sebagai anak dan cucu pengacara. Di kemudian hari, sementara saudara laki-lakinya mantap memilih profesi sebagai hakim, Gabriel yang mengambil kuliah hukum di universitas akhirnya memilih untuk menjawab panggilannya menjadi seorang imam Katolik. Berikut wawancara dengan beliau:


1. Bagaimana akhirnya Romo memilih menjadi seorang imam Katolik?


Sejak usia 15 tahun, saya tahu itu adalah panggilan saya yang sesungguhnya. Devosi saya yang teristimewa adalah kepada Santa Perawan Maria. Selama bertahun-tahun saya menjadi editor majalah Madre di Deo (Bunda Allah). Apabila saya mendengar orang mengatakan, “Kalian orang-orang Katolik terlalu menghormati Maria,” maka saya akan menjawab, “Kita tak akan pernah cukup menghormatinya.”


2. Bagaimana asal-mulanya hingga Romo menjadi seorang eksorsis?


Saya tak mengerti sama sekali eksorsisme - saya bahkan tak pernah memikirkannya - hingga pada tanggal 6 Juni 1986, Kardinal Poletti, yang pada waktu itu menjabat sebagai Vikaris Roma, meminta saya untuk menemuinya. Pada waktu itu di Roma ada seorang eksorsis terkenal, satu-satunya, yaitu Pastor Candido; tetapi beliau sakit-sakitan dan Kardinal Poletti meminta saya untuk menjadi asistennya. Saya belajar segalanya dari Pastor Candido. Ia adalah guru yang hebat. Segera saja saya menyadari betapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan betapa sedikit eksorsis yang ada untuk melakukannya. Sejak hari itu, saya meninggalkan semuanya dan membaktikan diri sepenuhnya pada eksorsisme.


3. Apakah yang menjadi dasar eksorsisme dalam Gereja Katolik?


Yesus melakukan eksorsisme. Ia mengusir roh-roh jahat, membebaskan jiwa-jiwa dari kerasukan setan; dari Yesus Sendiri-lah Gereja menerima kuasa dan tugas pengusiran setan. Eksorsisme sederhana dilakukan Gereja dalam setiap pembaptisan, tetapi eksorsime yang lebih berat hanya dapat dilakukan oleh seorang imam yang mendapatkan wewenang khusus dari bapa uskup. Saya telah melakukan lebih dari 50.000 eksorsisme. Terkadang suatu eksorsisme membutuhkan waktu hanya beberapa menit saja, tetapi terkadang hingga berjam-jam lamanya. Sungguh suatu pekerjaan yang melelahkan.


4. Bagaimanakah Romo mengenali bahwa seseorang kerasukan setan?


Tidak mudah. Ada banyak tingkat kerasukan setan. Setan tak hendak dikenali, jadi ada orang-orang yang kerasukan yang berhasil menyembunyikannya. Ada kasus-kasus di mana mereka yang kerasukan menderita sakit fisik yang luar biasa hingga mereka tak dapat bergerak.


Amatlah penting untuk tidak mencampuradukkan antara kasus kerasukan setan dengan penyakit biasa. Gejala-gejala kerasukan setan seringkali meliputi sakit kepala yang hebat dan kejang perut; orang harus selalu pergi ke dokter terlebih dahulu sebelum datang pada seorang eksorsis. Ada banyak orang datang kepada saya, padahal mereka sama sekali tidak kerasukan; mereka menderita ayan atau schizophrenia atau masalah kejiwaan lainnya. Dari ribuan pasien yang saya temui, hanya sekitar seratus atau lebih yang sungguh kerasukan setan.


5. Bagaimana Romo dapat mengetahuinya?


Melalui penolakan mereka yang hebat terhadap sakramen dan segala hal yang kudus. Jika diberkati, mereka akan naik pitam. Jika dihadapkan pada salib, mereka takluk.


6. Tidakkah seorang yang histeris dapat mereka-reka gejala yang sama?


Kita dapat mengenali yang hasil rekaan. Kita melihat ke dalam mata mereka. Sebagai bagian dari eksorsisme, di saat-saat tertentu dalam doa, dengan dua jari kita membuka kelopak mata pasien. Hampir selalu, dalam kasus-kasus di mana roh jahat ada, bola mata sepenuhnya tampak putih. Bahkan dengan bantuan kedua tangan, kita nyaris tak dapat melihat apakah pupil mata mengarah ke atas atau ke bawah mata. Jika pupil mata mengarah ke atas, roh jahat yang merasukinya adalah scorpio; jika mengarah ke bawah adalah ular.


7. Dapatkah Romo menggambarkan ritual eksorsisme?


Idealnya, seorang eksorsis membutuhkan seorang imam lain untuk membantunya dan sekelompok orang yang akan mendukung imam lewat doa-doa mereka. Ritual tidak menetapkan sikap tubuh seorang eksorsis; sebagian berdiri, sebagian duduk. Ritual hanya mengatakan bahwa ritual dimulai dengan kata-kata “Ecce crucem Domini” (“Lihatlah Salib Tuhan”); imam hendaknya menjamah leher orang yang kerasukan dengan ujung stolanya dan meletakkan tangannya ke atas kepala kurban. Roh jahat akan berusaha untuk menyembunyikan diri. Tugas kita adalah membuatnya muncul, lalu menghalaunya keluar. Ada banyak cara untuk memaksa mereka memperlihatkan diri. Meski ritual tidak menyebutkannya, pengalaman mengajarkan bahwa minyak dan air suci, juga garam, dapat sangat efektif.


Roh-roh jahat sangat berhati-hati untuk tidak berbicara dan kita harus memaksanya berbicara. Apabila roh-roh jahat dengan suka hati berceloteh, maka itu adalah tipuan guna memperdaya eksorsis. Hendaknya kita tidak mengajukan pertanyaan yang tak berguna, yang timbul karena rasa ingin tahu; melainkan haruslah kita menanyainya dengan hati-hati. Kita selalu mulai dengan menanyakan nama roh jahat itu.


8. Apakah ia menjawab?


Ya, melalui kurban, tetapi dalam suara yang aneh dan tak wajar. Jika itu adalah iblis sendiri, ia akan mengatakan, “Aku setan, atau Lucifer, atau Beelzebul.” Kita tanyakan apakah ia sendirian atau adakah yang lain bersamanya. Biasanya ada dua atau lima, duapuluh atau tigapuluh. Kita harus mengetahui jumlahnya. Kita tanyakan bilamana dan bagaimana ia masuk ke dalam tubuh kurban. Kita mencari tahu apakah kehadiran mereka dikarenakan suatu kutukan dan jenis kutukan yang mana.


Selama eksorsisme, roh jahat dapat muncul perlahan-lahan atau muncul dengan ledakan yang tiba-tiba. Ia tak hendak memperlihatkan diri; ia akan murka dan ia amat kuat. Dalam suatu eksorsisme, saya melihat seorang anak berusia sebelas tahun yang dicengkeram oleh empat orang dewasa yang kuat, dan anak itu mencampakkan keempat-empatnya dengan mudah. Ada pula seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun yang mengangkat suatu meja yang sangat besar dan berat. Sesudahnya, saya memeriksa otot-otot lengan anak itu. Ia tak mungkin dapat melakukannya dari dirinya sendiri; ada kekuasatn iblis di dalamnya. Tak ada dua kasus yang sama. Sebagian pasien harus dibelenggu di atas tempat tidur. Mereka meludah; mereka muntah. Pertama-tama setan akan berusaha menjatuhkan mental eksorsis, lalu ia akan berusaha menakut-nakutinya, dengan berkata, “Malam ini aku akan menempatkan seekor ular di bawah tempat tidurmu. Esok aku akan memakan hatimu.”


9. Apakah terkadang Romo takut?


Tidak pernah; saya punya iman. Saya akan menertawakannya dan berkata, “Ada Santa Perawan di sampingku. Aku Gabriel. Pergi dan lawanlah Malaikat Agung St Gabriel jika kau mau.” Biasanya itu akan membungkam mereka.


Rahasianya adalah menemukan titik kelemahan roh jahat itu. Sebagian roh jahat tak dapat tahan apabila imam membuat Tanda Salib dengan stola pada bagian tubuh yang sakit, sebagian lainnya tak dapat tahan hembusan napas di wajah; yang lainnya berjuang sekuat tenaga melawan berkat dengan air suci.


Meringankan pasien selalu mungkin, tetapi menghalau roh jahat sepenuhnya dari kurban dapat dibutuhkan banyak eksorsisme selama bertahun-tahun. Sebab, bagi roh jahat, meninggalkan tubuh yang dirasukinya dan kembali ke neraka berarti mati untuk selamanya dan selanjutnya sama sekali kehilangan kemampuan untuk mencelakai manusia. Ia akan mengungkapkan keputusasaannya dengan mengatakan, “Aku mati, aku mati. Engkau membunuhku; engkau menang. Semua imam adalah pembunuh!”


10. Bagaimana asal mulanya hingga orang dapat dirasuki setan?


Saya yakin, terkadang Tuhan memilih jiwa-jiwa tertentu untuk mengalami suatu ujian khusus akan ketahanan rohani, tetapi, yang lebih sering terjadi adalah orang membuat dirinya rentan dirasuki iblis dengan bermain-main dengan black magic. Sebagian terjebak dalam praktek-praktek setanisme. Yang lainnya merupakan kurban suatu kutukan.


11. Apakah yang dimaksud kutukan itu seperti ketika Yasser Arafat mengatakan 'Go to Hell' kepada Ehud Barak, dan ia bersungguh-sungguh dengan perkataannya itu?


Bukan. Itu hanyalah sekedar sumpah serapah spontan. Sesungguhnya, amatlah sulit membuat kutukan. Diperlukan seorang imam setan untuk melakukannya dengan sempurna. Tentu saja, seperti kalian dapat menyewa seorang pembunuh jika kalian membutuhkannya, kalian pun dapat menyewa seorang tukang sihir laki-laki untuk mengucapkan kutuk atas nama kalian. Sebagian besar tukang sihir adalah palsu, tetapi saya khawatir ada beberapa tukang sihir sesungguhnya yang masih ada.


12. Mengapa tampaknya lebih banyak kaum perempuan yang dirasuki setan daripada kaum laki-laki?


Ah, hal itu kita tidak tahu. Mungkin kaum perempuan lebih rentan dirasuki sebab, dalam kenyataannya, lebih banyak perempuan daripada laki-laki yang tertarik pada ilmu gaib. Atau mungkin, itu adalah cara iblis untuk menjatuhkan laki-laki, seperti ia menjatuhkan Adam melalui Hawa. Yang kita tahu pasti adalah keadaannya semakin memburuk saja. Iblis berada di atas angin. Kita hidup dalam abad di mana iman semakin lemah. Jika kalian meninggalkan Tuhan, maka iblis akan mengambil alih tempat-Nya.


13. Adakah eksorsisme di luar Gereja Katolik?


Segala kepercayaan, segala kebudayaan, memiliki eksorsisme, tetapi hanya eksorsisme Kristiani yang memiliki kuasa sejati untuk mengusir roh-roh jahat melalui teladan dan kuasa dari Kristus.


14. Romo kurang setuju dengan ritus eksorsisme baru yang baru saja diterbitkan Vatican. Mengapa?


Mereka mengatakan bahwa kami tidak dapat melakukan eksorsisme kecuali jika kami tahu dengan pasti bahwa roh jahat ada di sana. Hal itu sungguh menggelikan. Hanya melalui eksorsisme saja kita dapat memaksa roh jahat untuk menyatakan diri. Eksorsisme tak akan pernah mencelakai siapapun.


15. Bagaimana dengan Bapa Suci?


Bapa Suci [Yohanes Paulus II] tahu bahwa iblis masih hidup dan aktif dalam dunia. Beliau sendiri melakukan eksorsisme. Pada tahun 1982, ia melakukan eksorsisme khidmad atas seorang gadis dari Spoletto. Gadis itu menjerit dan bergulung-gulung di atas tanah. Mereka yang melihatnya merasa ngeri. Paus mendatangkan pembebasan sementara untuknya.


Di lain kesempatan, pada tanggal 6 September, saat audiensi mingguan di St Petrus, seorang perempuan muda dari sebuah desa dekat Monza mulai menjerit-jerit saat Paus hendak memberkatinya. Ia meneriakkan kata-kata kotor kepada Bapa Suci dalam suara yang aneh. Paus memberkatinya dan membebaskannya, tetapi iblis masih ada dalam diri perempuan itu. Sesudahnya, ia menjalani eksorsisme seminggu sekali di Milan dan sekarang ia menemui saya sebulan sekali. Butuh waktu lama untuk menyembuhkannya, tetapi kita harus berusaha. Pekerjaan seorang eksorsis adalah meringankan penderitaan, membebaskan jiwa-jiwa dari siksaan, membawa yang lain semakin dekat pada Tuhan.


16. Apakah eksorsisme penting bagi pewartaan dan pelayanan Kristiani?


Ketika Petrus mengajar Kornelius mengenai Kristus, ia tidak menyebutkan suatu mukjizat selain dari kenyataan bahwa Yesus “menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis” (Kis 10:38). Maka, kita mengerti mengapa kuasa pertama yang Yesus berikan kepada para rasul-Nya adalah mengusir roh-roh jahat (Mat 10:1). Kita dapat membuat pernyataan yang sama bagi segenap umat beriman, “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku” (Mrk 16:17).


17. Apakah kejahatan memang diciptakan oleh Tuhan? Apakah Tuhan menciptakan neraka?


Kita harus memperjelas hal ini: kejahatan, penderitaan, maut dan neraka tidak diciptakan oleh Tuhan. Saya hendak menceritakan sesuatu mengenai hal ini. Suatu hari P Candido sedang mengusir keluar roh jahat. Di akhir eksorsisme, imam berpaling kepada roh jahat dan dengan keras menghardiknya, “Keluar dari sini! Tuhan telah menyiapkan suatu tempat tinggal yang nyaman, dengan api yang berkobar-kobar untukmu!” Mendengar itu, roh jahat menjawab, “Kau tak tahu apa-apa! Bukan Dia [Tuhan] yang menciptakan neraka; tetapi kami. Ia bahkan tak pernah memikirkannya.” Serupa dengan itu, dalam kesempatan lain, ketika saya sedang menanyai roh jahat untuk mengetahui apakah ia terlibat dalam penciptaan neraka, roh jahat menjawab, “Kami semua terlibat.”


18. Apakah sebagian orang memang ditakdirkan untuk masuk neraka?


Saya biasa menjawab dengan empat kebenaran yang dinyatakan Kitab Suci bagi kita: Tuhan menghendaki agar semua orang diselamatkan; tak seorang pun ditakdirkan masuk ke neraka; Yesus wafat bagi semua orang; dan tiap-tiap orang telah dianugerahi rahmat yang cukup agar beroleh keselamatan. (lih “Apakah Neraka Pilihan yang Kita Tentukan di Dunia?” oleh P. William P Saunders)


19. Apakah Yesus lebih berkuasa dari roh-roh jahat?


Apabila saya mengucapkan kata-kata ini, “dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,” saya berlutut, semua orang yang hadir berlutut, dan selalu, orang yang kerasukan roh-roh jahat pun akan terpaksa berlutut. Sungguh suatu saat yang menggetarkan hati dan penuh daya kuasa.


20. Apakah Romo menonton “The Exorcist”, film horror terkenal tahun 1973?


[Ternyata itu adalah film favoritnya!]. Tentu saja, spesial efeknya berlebihan, tetapi suatu film yang bagus dan pada pokoknya benar, berdasarkan novel yang baik yang didasarkan pada suatu kisah nyata. Orang perlu tahu apa yang kami lakukan.



“KUASA SETAN” MENURUT P. GABRIELE AMORTH


Pastor Gabriele Amorth membagikan pengalamannya dalam sebuah buku yang menjadi best seller, dan yang telah dicetak ulang 17 kali di Italia, “An Exorcist Tells His Story” dan juga “An Exorcist: More Stories”. Kutipan berikut diambil dari buku “An Exorcist Tells His Story”:


Sekarang kita akan melanjutkan dengan Kristus, pusat dari alam semesta. Segala sesuatu diciptakan bagi-Nya dan demi Kedatangan-Nya, baik di surga (para malaikat) dan di bumi (dunia yang nyata, terutama manusia). Sungguh amat menyenangkan berbicara mengenai Kristus saja, tetapi hal itu tidak akan selaras dengan segala pengajaran dan karya-Nya, dan kita tidak akan pernah mampu memahami-Nya. Kitab Suci berbicara kepada kita mengenai Kerajaan Allah, namun juga mengenai kerajaan setan; mengenai kuasa Allah, Pencipta dan Tuhan semesta alam, namun juga mengenai kuasa kegelapan; mengenai anak-anak Allah, namun juga anak-anak setan. Mustahil memahami karya keselamatan oleh Kristus jika kita mengabaikan karya kebinasaan oleh setan.


Setan adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh tangan-tangan Allah. Kuasa dan superioritas yang diberikan Allah kepadanya atas para malaikat yang lain telah dimaklumi oleh semuanya, sebab itu ia beranggapan bahwa ia memiliki kuasa yang sama atas segala sesuatu yang diciptakan Tuhan. Setan berusaha memahami segenap ciptaan, namun gagal, sebab segala rancangan penciptaan ditujukan pada Kristus. Hingga Kristus datang ke dalam dunia, rancangan Tuhan tak akan dapat disingkapkan sepenuhnya. Itulah pemberontakan setan. Ia ingin terus menjadi yang mutlak utama, pusat dari segala ciptaan, bahkan jika itu berarti menentang rancangan Tuhan. Sebab itulah mengapa setan terus-menerus berusaha menguasai dunia (“seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat”, 1 Yoh 5:19). Sejak dari leluhur kita, setan berusaha memperbudak manusia dengan menjadikannya taat pada dirinya sendiri dan melawan Allah. Ia berhasil dengan leluhur kita, Adam dan Hawa, dan ia bermaksud melanjutkannya dengan segenap umat manusia, dengan bantuan “sepertiga dari para malaikat”, yang, menurut Kitab Wahyu, mengikutinya dalam memberontak melawan Allah.


Tuhan tidak pernah menolak makhluk ciptaan-Nya. Karenanya, walau mereka melawan Allah, setan dan para malaikatnya tetap memiliki kuasa dan kedudukan (takhta, penguasa, keutamaan, kekuatan, dstnya) walau mereka mempergunakannya untuk maksud-maksud jahat. St Agustinus tidaklah berlebihan ketika ia mengatakan bahwa, jika Tuhan memberikan kepada setan tangan yang bebas, maka “tak satu manusia pun akan dibiarkannya hidup.” Karena setan tak dapat membunuh kita, ia berusaha “menjadikan kita pengikutnya dalam melawan Tuhan, seperti ia sendiri melawan Tuhan.”


Kebenaran dari keselamatan adalah ini: Yesus datang “supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yoh 3:8), supaya Ia membebaskan manusia dari perbudakan setan, dan supaya Ia mendirikan Kerajaan Allah setelah menghancurkan kuasa setan. Namun demikian, antara kedatangan Kristus yang pertama dengan Parousia (kedatangan Kristus yang kedua kalinya dengan jaya sebagai hakim), iblis berusaha membujuk sebanyak mungkin orang untuk berada di pihaknya. Inilah peperangan yang diperjuangkannya dengan keputusasaan dari ia yang tahu bahwa ia telah dikalahkan, tahu “bahwa waktunya sudah singkat” (Why 12:12). Sebab itu, Paulus dengan berterus-terang mengatakan kepada kita bahwa “perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Ef 6:12).


Kitab Suci mengatakan bahwa para malaikat dan roh-roh jahat (secara khusus saya hendak menyebut setan) adalah makhluk-makluk rohani, tetapi mereka juga adalah pribadi-pribadi dengan inteligensi, kehendak, kebebasan dan inisiatif. Para teolog modern yang mengidentifikasikan setan dengan gagasan kejahatan yang abstrak sungguh sama sekali keliru. Gagasan mereka itu sesat; yaitu, terang-terangan berlawanan dengan Kitab Suci, para Bapa dan Magisterium Gereja. Kebenaran tentang setan tidak pernah diragukan di masa lampau; sebab itu, tak ada definisi dogmatis mengenainya, terkecuali pernyataan berikut dari Konsili Lateran Keempat, “Setan dan roh-roh jahat lain menurut kodrat memang diciptakan baik oleh Allah, tetapi mereka menjadi jahat karena kesalahan sendiri.” Barangsiapa mengingkari setan juga berarti mengingkari dosa dan tak lagi memahami karya-karya Kristus.


Marilah kita perjelas hal ini: Yesus menaklukkan setan melalui Kurban-Nya. Namun demikian, Yesus juga menaklukkan setan sebelum wafat-Nya, yaitu melalui ajaran-ajarannya, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11:20). Yesus adalah Ia yang terkuat, yang mengikat setan (Mrk 3:27), yang merampasinya dan yang membagi-bagi kerajaannya, yang adalah kesudahannya (Mrk 3:26). Yesus pertama-tama memberikan kuasa untuk mengusir roh-roh jahat kepada para rasul-Nya; kemudian Ia memperluas kuasa itu kepada ketujuhpuluh dua murid, dan akhirnya Ia memberikannya kepada mereka semua yang percaya kepada-Nya.


Kisah Para Rasul menceritakan kepada kita bahwa setelah turunnya Roh Kudus, para rasul terus melanjutkan pengusiran roh-roh jahat, dan segenap umat Kristiani melakukannya seturut teladan mereka. Para Bapa Gereja awali, seperti Yustinus dan Irenaeus, dengan jelas menyatakan pemikiran Kristiani mengenai setan dan mengenai kuasa untuk mengusirnya. Para Bapa yang lain, teristimewa Tertulianus dan Origen, sependapat dengan mereka. Keempat Bapa Gereja ini saja dapat mematahkan pemikiran banyak teolog modern yang, dengan segala tujuan, entah tidak percaya akan iblis atau sepenuhnya mengabaikannya.


Konsili Vatikan Kedua dengan berwibawa mengingatkan kita akan ajaran Gereja yang lestari ini, “Sebab seluruh sejarah manusia sarat dengan perjuangan sengit melawan kekuasaan kegelapan. Pergulatan itu mulai sejak awal dunia” (Gaudium et Spes, no. 37). “Akan tetapi manusia, yang diciptakan oleh Allah dalam kebenaran, sejak awal mula sejarah, atas bujukan si Jahat, telah menyalahgunakan kebebasannya. Ia memberontak melawan Allah, dan ingin mencapai tujuannya di luar Allah. Meskipun orang-orang mengenal Allah, mereka tidak memuliakan-Nya sebagai Allah; melainkan hati mereka yang bodoh diliputi kegelapan, dan mereka memilih mengabdi makhluk dari pada Sang Pencipta” (no. 13). “Allah telah memutuskan untuk secara baru dan definitif memasuki sejarah bangsa manusia dengan mengutus PuteraNya dalam daging kita. Allah bermaksud merebut manusia dari kuasa kegelapan dan setan” (Ad Gentes, no. 3). Bagaimana mungkin mereka yang menyangkal keberadaan dan karya-karya setan dapat memahami karya keselamatan Kristus? Bagaimanakah mereka dapat memahami nilai dari wafat Kristus yang menyelamatkan? Berdasarkan Kitab Suci, Konsili Vatikan Kedua menegaskan bahwa “Putra Allah dengan wafat dan kebangkitan-Nya telah membebaskan kita dari kuasa setan” (Sacrosanctum Concilium, no. 6). Dan “dunia, yang memang berada dalam perbudakan dosa, tetapi telah dibebaskan oleh Kristus yang disalibkan dan bangkit, sesudah kuasa si jahat dihancurkan” (Gaudium et Spes, no. 2).


Setan, yang ditaklukkan Kristus, bangkit melawan para pengikut-Nya. “Pergulatan itu [antara manusia melawan roh-roh jahat] mulai sejak awal dunia, dan menurut amanat Tuhan akan tetap berlangsung hingga hari kiamat” (no. 37). Sepanjang masa itu, setiap orang ada dalam keadaan siaga bertempur sebab hidup di dunia merupakan pencobaan kesetiaan terhadap Tuhan. “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya” (2 Kor 5:9). Kita mengenakan perlengkapan perang Tuhan agar kita mampu bertahan menghadapi tipu muslihat setan dan bertahan pada hari penganiayaan …. “Sebab, sebelum memerintah bersama Kristus dalam kemuliaan-Nya, kita semua akan menghadapi `tahta pengadilan Kristus, supaya masing-masing menerima ganjaran bagi apa yang dijalankannya dalam hidup ini, entah itu baik atau jahat' (2 Kor 5:10)” (Lumen Gentium, no. 48).


Bahkan jika pertempuran melawan setan ini menyangkut segenap manusia dan segenap masa, tak diragukan lagi bahwa kuasa setan terasa semakin dahsyat dalam periode-periode sejarah ketika kejahatan masyarakat semakin nyata. Sebagai contoh, ketika saya melihat dekadensi Kekaisaran Romawi, saya dapat melihat adanya kemerosotan moral pada periode itu dalam sejarah. Sekarang kita berada pada tingkat dekadensi yang sama, sebagian sebagai akibat dari penyalahgunaan media massa (media itu sendiri tidaklah jahat) dan sebagian karena konsumerisme dan materialisme Barat, yang telah meracuni masyarakat kita.


Saya yakin bahwa Paus Leo XIII, dalam suatu penglihatan (lihat “Doa kepada Malaikat Agung St Mikhael”) menerima suatu nubuat peringatan mengenai serangan iblis ini pada masa kita. Bagaimanakah iblis melawan Tuhan dan Juruselamat kita? Dengan menuntut bagi dirinya sendiri sembah sujud yang diperuntukkan bagi Tuhan dan dengan mengolok-olok lembaga-lembaga Kristiani. Sebab itu, setan adalah anti-Kristus dan anti-Gereja. Setan mempergunakan kemesuman seks, yang memerosotkan nilai tubuh manusia menjadi suatu sarana dosa, melawan Inkarnasi Sabda yang menebus umat manusia dengan menjadi manusia. Setan mempergunakan gereja-gereja setan, pemujaan-pemujaan setan, penyembahan-penyembahan setan (kerapkali `dikuduskan' dengan perjanjian darah), para pemujanya, mereka yang terikat perjanjian dengannya, untuk memperolok sembah sujud kepada Tuhan. Sama seperti Kristus memberikan kepada para rasul-Nya dan para pengikut-Nya kuasa-kuasa istimewa demi kebajikan tubuh dan jiwa, demikian pula setan memberikan kuasa-kuasa istimewa kepada para pengikutnya demi kebinasaan tubuh dan jiwa.


Saya akan menyebutkan satu hal lagi dalam masalah ini. Sama seperti adalah salah menyangkal keberadaan setan, demikian pula adalah salah menerima pendapat umum bahwa ada makhluk-makhluk rohani lain yang tidak disebutkan dalam Kitab Suci. Makhluk-makhluk rohani ini adalah ciptaan para dukun spiritisme, para pengikut ilmu-ilmu gaib, mereka yang mendukung reinkarnasi, atau mereka yang percaya akan “jiwa-jiwa yang gentayangan”. Tak ada makhluk rohani baik yang lain selain dari para malaikat; tak ada makhluk rohani jahat yang lain selain roh-roh jahat. Dua Konsili Gereja (Lyons dan Florence) mengajarkan kepada kita bahwa jiwa-jiwa mereka yang meninggal akan segera menuju surga atau neraka atau api penyucian. Jiwa-jiwa orang mati yang muncul pada saat pemanggilan arwah atau jiwa-jiwa orang mati yang masuk ke dalam tubuh orang-orang hidup untuk menyiksa mereka tak lain dan tak bukan adalah roh-roh jahat. Tuhan mengijinkan suatu jiwa kembali ke dunia hanya dalam kesempatan-kesempatan khusus yang sangat langka saja, tetapi kita tahu bahwa masalah ini masih diliputi misteri.


Sebagian orang terheran-heran akan kemampuan roh-roh jahat untuk mencobai manusia dan bahkan menguasai tubuh manusia (tetapi roh-roh jahat tak akan pernah dapat menguasai jiwa manusia, terkecuali jika manusia secara sukarela memberikannya) melalui fenomena kerasukan setan (= possessio diabolica) dan penindasan setan (= oppressio diabolica). Kita patut ingat akan apa yang ditulis dalam Kitab Wahyu (12:7 dst), “Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya…. Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu [yaitu “perempuan berselubungkan matahari” yang daripadanya Yesus dilahirkan; sangat jelas bahwa kita sedang berbicara tentang Santa Perawan Maria yang Tersuci].” Ketika setan menyadari bahwa segala upayanya telah gagal, “Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.”


Pada tanggal 24 Mei 1987, saat kunjungannya ke Kapel Malaikat Agung St Mikhael, Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Pertempuran melawan setan, yang merupakan tugas utama Malaikat Agung Santo Mikhael, masih terus berlangsung hingga hari ini, karena setan masih hidup dan aktif dalam dunia. Kejahatan yang mengepung kita pada masa kini, kekacauan yang menimpa masyarakat kita, kebimbangan serta kehancuran manusia, bukan hanya diakibatkan oleh dosa asal semata, melainkan juga hasil campur tangan dan perbuatan jahat setan.”


Dalam Kitab Kejadian dikisahkan secara jelas kutukan Tuhan terhadap si ular, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kej 3:15). Apakah setan sudah berada di neraka? Bilamanakah pertempuran antara para malaikat dan para iblis ini terjadi? Kita tak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini; perlu kita camkan dalam akal budi kita bahwa neraka lebih merupakan keadaan daripada tempat.


Kitab Wahyu menceritakan bahwa roh-roh jahat dilemparkan ke bumi; sebab itu kebinasaan akhir mereka belum terjadi, meski tak dapat dibatalkan. Artinya, mereka masih memliki kuasa yang diberikan Tuhan kepada mereka, walau “waktunya sudah singkat”. Sebab itulah mereka bertanya kepada Yesus, “Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” (Mat 8:29). Kristus adalah satu-satunya Hakim; Ia akan mempersatukan Tubuh MistikNya dengan Dirinya. Maka, beginilah seharusnya kita menafsirkan pernyataan Paulus kepada umat di Korintus, “Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat?” (1 Kor 6:3). Ketika “legion” roh-roh jahat yang merasuki laki-laki dari Gerasa itu memohon kepada Kristus untuk “jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut” (Luk 8:31-32), mereka sedang berusaha mempertahankan kuasa mereka. Bagi roh jahat, meninggalkan tubuh orang yang mereka rasuki dan masuk ke dalam neraka merupakan hukuman mati yang tak dapat dibatalkan kembali; sebab itulah mengapa roh-roh jahat berjuang mempertahankannya hingga titik terakhir. Namun demikian, siksa abadinya akan bertambah hebat sesuai dengan aniaya yang ia timbulkan di dunia. St Petrus mengatakan kepada kita bahwa roh-roh jahat belum dihukum secara definitif, “Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman” (2 Pet 2:4). Kemuliaan para malaikat juga akan semakin bertambah seturut perbuatan-perbuatan baik mereka; sebab itu, sungguh amat berguna memnohon bantuan mereka.


Malapetaka apakah yang dapat ditimbulkan setan kepada mereka yang hidup?


Aktivitas Biasa. Ini adalah “pencobaan” yang merupakan aktivitas roh-roh jahat yang paling umum dan diarahkan kepada segenap manusia. Ketika Yesus membiarkan setan mencobai Diri-Nya, Ia menerima keadaan manusiawi kita. Saya tak hendak membahas usaha-usaha setan yang umum ini, melainkan membahas “aktivitas luar biasa” setan, yang hanya dapat terjadi jika Tuhan mengijinkannya.


Aktivitas Luar Biasa Setan dapat dibagi dalam enam bentuk:


1. Sakit fisik eksternal yang diakibatkan oleh setan. Kita tahu akan bentuk ini dari riwayat hidup banyak santa dan santo. Kita tahu bahwa St Paulus dari Salib, St Yohanes Maria Vianney, St Padre Pio, dan banyak lagi yang lainnya dihajar, didera, dan ditinju oleh roh-roh jahat. Bentuk aniaya eksternal ini tidak mempengaruhi jiwa; sebab itu dalam bentuk aniaya ini tak dibutuhkan eksorsisme, hanya doa.


2. Kerasukan setan (= possessio diabolica). Hal ini terjadi ketika setan mengendalikan sepenuhnya tubuh manusia (bukan jiwa); setan berbicara dan bertindak tanpa sepengetahuan ataupun sepersetujuan kurban, yang karena itu secara moral tak bersalah. Bentuk ini merupakan bentuk aniaya setan yang paling mengerikan dan paling spektakuler, yang menarik perhatian para produser film seperti The Exorcist. Menurut Ritual Eksorsisme, beberapa tanda kerasukan setan meliputi: memperlihatkan daya kekuatan yang di luar batas normal, dan menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi. Orang Gerasa yang kerasukan setan merupakan contoh jelas kerasukan setan dalam Injil. Menetapkan suatu “model” yang baku bagi kasus kerasukan setan merupakan suatu kesalahan serius; aniaya ini menyangkut keseluruhan gejala dan kedahsyatannya. Sebagai contoh, saya menangani dua orang kerasukan yang tetap diam dan tenang sama sekali sepanjang eksorsisme. Saya dapat menyebutkan banyak contoh lain dengan berbagai macam gejala yang berbeda.


3. Penindasan setan (= oppressio diabolica). Gejala-gejalanya berbeda dari kemalangan yang sangat serius hingga ke yang ringan. Tak ada kerasukan, kehilangan kesadaran ataupun berbicara dan bertindak di luar kehendak. Kitab Suci memberikan banyak contoh penindasan setan; salah satu di antaranya adalah Ayub. Ia tidak dirasuki, tetapi ia kehilangan seluruh anak-anaknya laki-laki dan perempuan, harta bendanya, juga kesehatannya. Perempuan yang bongkok dan laki-laki yang bisu tuli yang disembuhkan Yesus tidak ditindas sepenuhnya, tetapi ada kehadiran setan yang menyebabkan gangguan fisik. St Paulus sudah pasti tidak kerasukan roh jahat, tetapi ia mengalami penindasan setan yang mengakibatkan aniaya atasnya, “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku” (2 Kor 12:7). Tak diragukan lagi bahwa iblislah yang menjadi sumber aniayanya itu.


Walau kasus kerasukan setan relatif jarang terjadi pada masa kini, kami, para eksorsis, menangani sejumlah besar orang yang diserang iblis melalui kesehatan, pekerjaan atau hubungan pribadi mereka. Perlu kita perjelas bahwa mendiagnosa dan menyembuhkan penyakit akibat penindasan setan tidak lebih mudah dari mendiagnosa dan menyembuhkan orang yang sepenuhnya kerasukan setan. Tingkat keparahannya mungkin berbeda, tetapi kesulitannya dalam mendiagnosis dan banyaknya waktu yang tercurah demi penyembuhannya adalah sama.


4. Penghambatan setan (= obsessio diabolica). Gejalanya meliputi serangan mendadak, terkadang terus-menerus, akan pikiran-pikiran obsesi, terkadang bahkan secara logika tak masuk akal, tetapi begitu rupa hingga kurban tak dapat membebaskan diri. Orang yang mengalami fenomena ini hidup terus-menerus dalam keadaan tak berdaya, putus asa, dan berusaha melakukan bunuh diri. Hampir selalu obsesi ini mempengaruhi mimpi. Sebagian orang akan mengatakan bahwa hal ini merupakan bukti sakit mental, karenanya membutuhkan penanganan psikiatris atau psikolog. Hal yang sama dapat dikatakan dalam fenomena-fenomena gangguan setan lainnya. Namun demikian, beberapa gejala begitu tidak konsisten dengan penyakit yang dapat dikenali hingga gangguan tersebut secara pasti menunjuk pada asal-usulnya yang jahat. Hanya mata yang berpengalaman serta terlatih baik yang dapat mengenali perbedaan-perbedaannya yang paling mendasar.


5. Pendudukan setan (= infestatio diabolica). Pendudukan terhadap rumah, barang atau binatang. Saya hanya ingin menegaskan bahwa saya tidak pernah mempergunakan istilah ini apabila menyangkut manusia. Mengenai manusia, saya akan selalu berbicara mengenai kerasukan, penindasan dan obsessio.


6. Takluk pada setan. Orang akan terjerumus dalam fenomena ini apabila mereka secara sukarela menyerahkan diri kepada setan. Dua bentuk penyerahan diri yang paling umum adalah perjanjian darah dengan setan dan mempersembahkan diri kepada setan.


Bagaimanakah kita dapat menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan ini? Pada pokoknya, apabila tidak didapati fenomena gangguan setan, kita dapat menggunakan sarana-sarana biasa yang mendatangkan rahmat Tuhan, yakni doa, sakramen-sakramen, amal kasih, mengamalkan hidup Kristiani, mengampuni, memohon pertolongan dari Tuhan kita, Bunda Maria, para kudus, serta para malaikat.


Sekarang saya akan membahas sedikit mengenai para malaikat. Dengan gembira saya mengakhiri bab mengenai setan ini, musuh bebuyutan Kristus, dengan berbicara mengenai para malaikat. Malaikat adalah sekutu kita yang hebat. Kita berhutang banyak pada mereka, dan sungguh keliru begitu jarang membicarakan mereka seperti yang kita lakukan. Masing-masing kita mempunyai seorang malaikat pelindung, sahabat paling setia yang menyertai kita duapuluh empat jam sehari, sejak dari saat kita dikandung hingga wafat. Tak henti-hentinya ia melindungi kita, tubuh dan jiwa, sementara kita, sebagian besar dari kita, tak pernah mengindahkannya. Kita juga tahu bahwa setiap negara mempunyai seorang malaikat pelindung tertentu, dan mungkin, setiap komunitas dan keluarga, walau kita tak yakin akan dua hal yang terakhir ini. Namun demikian, kita tahu bahwa malaikat sangat banyak jumlahnya, dan kerinduan mereka untuk menolong kita lebih hebat dari kerinduan setan untuk membinasakan kita.


Kitab Suci seringkali mengisahkan kepada kita tentang perutusan-perutusan yang Tuhan percayakan kepada para malaikat-Nya. Kita tahu nama pemimpin para malaikat, yaitu St Mikhael. Ada hierarki di antara para malaikat berdasarkan kasih, yang dibimbing oleh akal budi ilahi “yang dalam kehendak-Nya kita beroleh damai,” seperti dikatakan Dante. Kita juga tahu nama-nama dari dua malaikat agung yang lain:


Gabriel dan Rafael. Apokrif menambahkan nama keempat, Uriel. Para malaikat dibedakan ke dalam sembilan paduan suara: serafim, kerubim, takhta, penguasa, keutamaan, kekuatan, kerajaan, malaikat agung dan malaikat. Orang percaya yang hidup di hadirat Tritunggal Mahakudus dan yakin bahwa hidupnya dalam Dia, tahu bahwa ia juga mempunyai seorang bunda, Bunda Allah Sendiri, yang tak kunjung henti menolongnya. Ia tahu bahwa ia senantiasa dapat mengandalkan pertolongan para malaikat dan para kudus; sebab itu, bagaimana mungkin ia dapat merasa sebatang kara, ditinggalkan atau ditindas oleh iblis? Dalam hidup orang percaya ada penderitaan, sebab itulah Jalan Salib yang menyelamatkan kita, namun tak ada ruang bagi kesedihan. Ia yang percaya senantiasa siap untuk memberikan kesaksian kepada mereka yang bertanya kepadanya mengenai pengharapan yang menopangnya (lih 1 Pet 3:15)


Jelas pula bahwa orang percaya wajib setia kepada Allah dan takut akan dosa. Inilah dasar kekuatan kita, seperti dikatakan St Yohanes, “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya” (1 Yoh 5:18). Jika terkadang kelemahan-kelemahan kita menyebabkan kita jatuh, kita harus segera bangkit dengan anugerah belas kasih Allah yang luar biasa itu: tobat dan pengakuan dosa.

Baca Selengkapnya

Minggu, 14 September 2008

Apa itu "Imprimatur" dan "Nihil Obstat"?

Sumber www.indocell.net/yesaya

oleh: Romo William P. Saunders *

Saya seringkali memperhatikan adanya catatan “imprimatur” dan “nihil obstat” pada buku-buku Katolik. Apakah artinya? Apakah catatan itu menunjukkan bahwa bukuersebut mengajarkan apa yang diajarkan Gereja?
~ seorang pembaca di Sterling


Sebelum membahas istilah di atas, patutlah kita ingat bahwa Magisterium, wewenang mengajar Gereja kita, berkewajiban untuk “melindungi umat terhadap kekeliruan dan kelemahan iman dan menjamin baginya kemungkinan obyektif, untuk mengakui iman asli, bebas dari kekeliruan” (Katekismus Gereja Katolik, no 890). Sebab itu, di bawah bimbingan Roh Kudus, yang disebut Tuhan kita sebagai Roh Kebenaran, Magisterium melestarikan, memahami, mengajarkan dan mewartakan kebenaran yang menghantar pada keselamatan.


Dengan tanggung jawab ini, Magisterium akan memeriksa alat-alat komunikasi sosial, dan khususnya buku-buku, mengenai iman dan moral, serta memaklumkan apakah karya-karya tersebut bebas dari kesalahan doktrin. Pada tangal 19 Maret 1975, Kongregasi untuk Ajaran Iman menerbitkan ketentuan-ketentuan berikut mengenai hal ini, “Para gembala Gereja berkewajiban dan berhak untuk menjaga agar iman dan kesusilaan dari kaum beriman kristiani tidak dirugikan oleh tulisan-tulisan atau penggunaan alat-alat komunikasi sosial; demikian juga mereka berhak untuk menuntut agar tulisan-tulisan mengenai iman dan kesusilaan yang mau diterbitkan oleh orang-orang beriman Kristiani, diserahkan kepada penilaian mereka, dan lagi, mereka berhak untuk menolak tulisan yang merugikan iman yang benar atau akhlak yang baik” (Kitab Hukum Kanonik 1983, No. 823).


Proses penilaian akan dimulai ketika penulis menyerahkan naskah kepada censor deputatus (= pemeriksa buku) yang ditunjuk oleh Uskup atau otoritas gerejawi lainnya yang berwenang melakukan pemeriksaan. Jika censor deputatus tidak mendapati adanya kesalahan doktrin dalam naskah tersebut, maka ia memberikan “nihil obstat” untuk menegaskannya. Nihil obstat, yang diterjemahkan sebagai “tidak ada kesesatan”, menyatakan bahwa naskah tersebut aman untuk diserahkan kepada Uskup agar diperiksa supaya Uskup dapat memberikan keputusan.


Demikian juga, seorang anggota suatu komunitas religius akan menyerahkan naskahnya kepada superior maior (= pemimpin tertinggi). Jika naskah tersebut bebas dari kesalahan doktrin, maka superior maior memberikan “imprimi potest”, yang diterjemahkan sebagai “dapat dicetak”. Dengan persetujuan ini, naskah kemudian diserahkan kepada Uskup agar diperiksa supaya Uskup dapat memberikan keputusan.


Jika Uskup setuju bahwa naskah tersebut bebas dari kesalahan doktrin, ia memberikan “imprimatur”; berasal dari bahasa Latin “imprimere” yang artinya menerakan atau membubuhkan stempel. Imprimatur diterjemahkan sebagai “silakan dicetak”. Secara teknis, imprimatur merupakan pernyataan resmi Uskup bahwa buku tersebut bebas dari kesalahan doktrin dan telah disetujui untuk dipublikasikan setelah melewati suatu pemeriksaan yang cermat.


Perlu dicatat bahwa imprimatur merupakan ijin resmi atas karya-karya yang ditulis oleh anggota Gereja dan bukan oleh pengajar resmi Gereja, seperti konsili, sinode, Uskup, dll. Penulis dapat meminta imprimatur dari Uskupnya sendiri atau dari Uskup Diosesan di mana karya tersebut akan dipublikasikan.


Seorang penulis Katolik tentu saja dapat menerbitkan suatu naskah tanpa perlu meminta imprimatur Uskup, tetapi beberapa karya tertentu membutuhkan persetujuan resmi ini sebelum dapat dipergunakan oleh kaum beriman. Buku-buku doa, entah dipakai oleh orang beriman secara umum atau secara pribadi, katekismus dan juga tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan pengajaran kateketik ataupun terjemahan-terjemahannya membutuhkan persetujuan Uskup agar dapat dipublikasikan (Kitab Hukum Kanonik No. 826, 827.1). Buku-buku yang menyangkut soal-soal yang berhubungan dengan Kitab Suci, teologi, hukum kanonik, sejarah Gereja, ilmu agama atau ilmu moral, tidak boleh dipakai sebagai buku pegangan di sekolah dasar, sekolah menengah atau sekolah tinggi, kecuali jika buku itu diterbitkan dengan persetujuan otoritas gerejawi yang berwenang atau kemudian disetujui olehnya (Kitab Hukum Kanonik No. 827.2). Di dalam gereja-gereja atau tempat-tempat ibadat tidak boleh dipamerkan, dijual atau dihadiahkan buku-buku atau tulisan-tulisan lain tentang soal-soal agama atau moral kecuali yang diterbitkan dengan izin otoritas gerejawi yang berwenang atau yang disetujui olehnya kemudian (Kitab Hukum Kanonik No. 827.4).


Pada dasarnya, pernyataan-pernyataan resmi ini memaklumkan bahwa suatu penerbitan adalah benar sesuai dengan ajaran-ajaran Gereja mengenai iman dan moral, serta bebas dari kesalahan doktrin. Begitu banyak jiwa terjerumus ke dalam bahaya karena literatur yang salah, yang dipromosikan sebagai sungguh mewakili iman Katolik. Dalam abad di mana penerbitan demikian melimpah, seorang Katolik yang baik patutlah senantiasa berhati-hati dan memeriksa imprimatur sebelum membaca.



* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College and pastor of Queen of Apostles Parish, both in Alexandria.

sumber : “Straight Answers: The Magisterium's 'Imprimatur'” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©1999 Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved; www.catholicherald.com

Baca Selengkapnya

Senin, 08 September 2008

Perjalanan Kami

Oleh Larry dan Joetta Lewis
Alihbahasa: Jeffry Komala
© www.gerejakatolik.net

Ayah saya adalah pastor gereja Assemblies of God (=Sidang Jemaat Allah). Kedua orang tua saya memiliki cinta yang mendalam dan taat kepada Yesus Kristus. Hidup mereka menyatakan siapakah Kristus itu.

Saya dengan jelas mengingat terbangun di tengah malam oleh suara doa mereka. Berdoa bagi setiap orang di gereja mereka. Meskipun kedua orang tua saya tidak pernah berkata-kata dengan nada merendahkan kepada siapapun, termasuk umat Katolik, banyak dari para pendeta yang saya temui tidak begitu murah hati. Saya pernah mendengar lebih dari satu penginjil yang menjabarkan secara terperinci tentang kesesatan-kesesatan iman Katolik. Bagi mereka umumnya, sudah ada kesepakatan bahwa Gereja Katolik adalah "pelacur Babel" dan Sri Paus adalah "sang Anti-Kristus".

Saya waktu itu berusia tigapuluhtahunan dan menjabat sebagai pendeta gereja Metodis ketika saya bertemu pertama kalinya dengan seorang biarawati Katolik, yaitu suster Monica Marie. Joetta mengajar bersama-sama dengannya di Ursuline Academy di Dallas, Texas. Melalui suster Monica Marie, Joetta mengalami pengalaman yang dinamis dengan Roh Kudus. Dengan keheranan saya menemukan bahwa suster ternyata sungguh-sungguh wanita yang mengenal Tuhan. Hati saya merasa hangat hanya karena kehadirannya. Dia sungguh-sungguh bertolak belakang dengan gambaran seorang biarawati dalam benak pikiran saya.

Kontak pertama saya dengan seorang imam hanya dua tahun yang lalu saja. Ketika menekuni program doktoral di Oral Robert University, saya bertemu dengan Romo Amalor Vima dari India. Sebagai kawan sekelas kami menghabiskan banyak waktu bersama-sama dan menjadi kawan akrab. Dalam lingkungan inilah terjadi sesuatu yang akan merubah hidup saya selamanya. Selama saat renungan dalam satu dari acara-acara kami, Selmar Quayo, seorang uskup Metodis dari Brazilia, berdiri dan berkata: "Di negara saya, sebagai seorang Protestan, saya adalah minoritas. Sayangnya, ada banyak rasa permusuhan antara gereja kami dan Gereja Katolik. Banyak dari jemaat kami dipenuhi dengan rasa sakit hati terhadap semua umat Katolik. Akan tetapi disini, Romo Vima adalah minoritas dan saya tidak melihat sesuatupun dari hidupnya kecuali kasih terhadap Yesus Kristus." Dengan air mata bercucuran di wajahnya dia berkata, "Romo Vima, saya ingin anda memaafkan saya."

Saya menyaksikan ketika kedua pemimpin umat Allah ini berpelukan. Tidak ada mata yang tidak basah oleh air mata di ruangan itu. Dalam saat yang singkat tersebut pikiran saya mulai membayangkan suatu kemungkinan baru - Protestan dan Katolik di seluruh dunia bersatu, saling menyongsong dalam kasih, dan berlutut dalam doa.

Dalam tindakan yang sederhana ini Selmar Quayo telah menantang kami semua untuk menjadi pelayan rekonsiliasi. Pikiran saya berputar-putar. "Bayangkan apa yang Roh Kudus dapat lakukan jika Katolik dan Protestan sungguh-sungguh satu. "Firman Yesus melintasi pikiran saya, "Jika engkau mempersembahkan kurban di altar dan teringat bahwa ada sesuatu dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan altar dan pergilah dahulu berdamai dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu" (Matius 5:23-24). Sewaktu saya menyaksikan adegan tersebut terjadi saya nyaris dapat mendengar Yesus berdoa, "Semoga mereka semua menjadi satu, Bapa . . . supaya dunia percaya bahwa Engkau mengutus Aku" (Yohanes 17:21). Saya menyadari pada saat itu bahwa saya harus menjadi pelayan rekonsiliasi.

Bertahun-tahun sebelumnya, Joetta dan saya telah melakukan pelayanan di suatu gereja Southern Baptist di Tulsa, Oklahoma. Setelah kebaktian, seorang wanita mendekati Joetta dan bertanya kepadanya jika ia mau mendoakan Regan, nama anak perempuan wanita tersebut. Akan tetapi dia tidak ingin menjelaskan latar belakang keinginan tersebut. Joetta meyakinkannya bahwa dia tidak perlu mengetahui apa keperluan doa tersebut karena Roh Kudus akan memerantarai bagi Regan. Sampai setahun berikutnya, Joetta berdoa dengan setia bagi sang wanita muda yang belum pernah ditemuinya.

Pada saat itu Joetta bekerja sebagai seorang Technical Writer bagi perusahaan jasa penyewaan mobil Thrifty Rent-A-Car. Suatu hari atasannya memberitahukan bahwa mereka telah menerima seorang Software Trainer baru dan mejanya akan berseberangan dengan meja Joetta. Mereka meminta Joetta untuk membuat sang karyawati merasa akrab dan untuk membawanya keliling kantor mereka. Ketika sang karyawati baru tiba, dia memperkenalkan dirinya sebagai Regan. Dengan rasa terkejut, Joetta melihat seorang wanita muda dihadapannya yang telah didoakannya selama berbulan-bulan! Tuhan pasti punya maksud tertentu. Joetta dan Regan bekerja sama selama tujuh tahun berikutnya. Meskipun mereka tidak pernah bersosialisasi diluar kantor, mereka mulai membangun hubungan yang sangat akrab.

Suatu ketika di tahun 1995, Regan menceritakan bahwa dia dan suaminya sedang mengalami masalah dalam perkawinan mereka. Kelvin adalah seorang Katolik sedangkan dia dari gereja Southern Baptist. Selama bertahun-tahun, Regan kadangkala menghadiri Misa di gereja Katolik bersama Kelvin dan meskipun Kelvin tidak merasa nyaman di gereja Baptis, dia ikut menghadiri kebaktian bersama Regan dalam acara-acara khusus. Kompromi ini terus berjalan, sampai mereka mempunyai anak-anak dan menyadari betapa masing-masing punya perasaan kuat untuk mendidik anak-anak dalam iman masing-masing. Regan merasa kesal dan kecewa karena Kelvin bersikeras untuk membaptis dan membesarkan anak-anak mereka dalam Gereja Katolik. Mereka sedang menghadapi jalan buntu ketika Regan datang menemui Joetta untuk meminta nasihat.

Joeta mengatakan kepada Regan bahwa sebuah rumah yang terpecah tidak dapat bertahan, dan bahwa penting kiranya bahwa mereka berada dalam suatu gereja bersama-sama. Joetta menyarankan bahwa, jika suami Regan tidak mau ke gereja Protestan bersamanya, maka Regan harus pergi ke gereja Katolik bersama suaminya. Tuhan akan memberkati perkawinan mereka jika Regan mau menurut pada otoritas spiritual suaminya. Joetta memberitahukan kepada Regan tentang semacam kelas yang diberikan dalam Gereja Katolik yang bisa dihadirinya, tanpa komitmen, untuk mengenal tentang iman Katolik. Joetta mengatakan, "Jika saya jadi engkau, saya ingin mengetahui anak-anak saya akan diajarkan tentang apa saja, supaya saya bisa melawannya kalau ada terdapat ajaran yang salah." Demi ketentraman hati Regan, Joetta berkata, "Kamu pergilah menghadiri program tersebut, bawalah semua materi pelajaran kepada saya, dan saya akan berikan kepada suami saya Larry supaya dia bisa memeriksanya dan melihat jika isinya sesuai dengan Alkitab."

Saya tidak pernah memperhatikan bahan-bahan yang Regan berikan kepada Joetta kecuali dua hal. Yang pertama adalah suatu artikel surat kabar oleh seorang jurnalis Lutheran yang isinya mendiskusikan tentang penampakan-penampakan Bunda Maria. Sang pengarang artikel telah memberikan seminar di paroki Regan dan mengisahkan betapa Bunda Allah telah menampakan diri kepada enam anak-anak kecil setiap hari sejak tahun 1981. Regan merasa begitu terpesona sehingga dia membaca segala hal menyangkut kejadian tersebut yang bisa didapatnya. Hal kedua yang dia berikan kepada kami adalah sebuah kaset kesaksian oleh seorang wanita yang telah disembuhkan secara mukjijat pada tempat penampakan yang sama. Wanita ini, seorang Kristen yang tadinya paling cuma suam-suam kuku, begitu tersentuh oleh pengalaman tersebut sehingga dia membaktikan seluruh hidupnya untuk melayani Kristus. Saya mengangkat kertas tulisan ini dan bermaksud membuangnya. Akan tetapi dalam sekilas saya masukkan ke dalam laci.

Pada minggu sebelum tanggal 25 Mei 1996, Regan memberitahu Joetta bahwa dia akan pergi menghadiri Konferensi Maria di Wichita, Kansas. Dia begitu bersemangat karena baik pengarang artikel maupun wanita yang telah disembuhkan tersebut, keduanya akan tampil sebagai pembicara. Akan tetapi, Regan merasa terganggu oleh sebuah doa yang telah diterimanya dari bahan-bahan yang dikirim sebelum konferensi yang nantinya akan diucapkan dalam doa pada waktu konferensi. "Saya meminta, " dia berkata kepada Joetta, "agar engkau dan Lary mau memeriksanya dan memberikan pendapatmu." Sewaktu Joetta membaca doa tersebut, segera timbul segala macam rasa khawatir. Dalam keadaan nyaris panik dia membawa doa-doa tersebut kepada saya. Doa itu adalah doa "Konsekrasi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda". Sewaktu saya mulai membacanya, bulu roma saya berdiri. "Hati Maria yang Tak Bernoda, aku memberikan jiwa dan ragaku . . ." saya berhenti di tengah-tengah kalimat. Rasa kemarahan memenuhi hati saya. "Ini doa iblis!" saya berkata, "kita tidak memberikan jiwa kita kepada siapapun kecuali Yesus. Katakan kepada Regan bahwa dia boleh pergi ke Konferensi Maria tetapi apapun yang dilakukannya janganlah sekali-kali mengucapkan doa ini." Dalam tiga hari berikutnya, sesuatu dalam lubuk hati saya memberitahu saya bahwa saya telah membuat suatu kesalahan besar. Penyesalan akan apa yang telah saya katakan memenuhi hati saya.

Saya memutuskan membawa fotokopi doa tersebut kepada Romo Vima. "Saya tidak mengerti tentang doa ini, " saya berkata. "Bagaimana boleh seseorang memberikan dirinya kepada Maria dengan cara seperti ini?" Dengan kilatan di matanya Romo Vima dengan lembut berkata, "Larry, pernahkah engkau memegang Joetta dalam tangannya dan berkata, 'Aku mengasihimu, Aku menyanjungmu, Aku mencium tanah yang engkau pijak'". "Ya," saya dengan hati-hati menjawab. "Pernahkah engkau memandang matanya dengan penuh kasih dan meyakinkannya akan kasih dan devosimu seutuhnya? Pernahkan engkau mengucapkan kata-kata seperti, 'Aku ini milikmu sekarang dan selamanya' 'Diriku dan segala harapan-harapanku adalah milikmu.?'" Saya mulai mengerti maksud kata-katanya. "Secara jujur, " saya mengaku, "saya telah menggunakan kata-kata seperti itu.

Romo Vima lantas melanjutkan, "Umat Katolik, tidak akan pernah berkata kepada Maria, 'kami menyembahmu.' Kami menghormatimu. Kami memujimu. Tetapi kami tidak akan pernah mengatakan 'kami menyembahmu' karena penyembahan hanya ditujukan kepada Tuhan saja. Itu adalah sesuatu yang hanya kami berikan kepada Yesus. Kami menyembah-Nya. Dia adalah Raja diraja dan Tuhan dari segala tuan, dan tidak ada seorangpun seperti-Nya. Kami percaya bahwa Maria, sebagai Bunda Allah, mengasihi dan peduli terhadap kami. Apa yang kami katakan dalam doa ini adalah, 'Segala diriku, aku letakkan dalam tanganmu dan aku memintamu untuk membawaku kepada Puteramu, Yesus.' Maria selalu menunjuk kepada Yesus."

Selama saya mendengarkan kata-kata Romo Vima, saya mulai menyadari betapa salahnya saya. Dua perasaan muncul secara bersamaan - rasa malu dan sukacita. Malu karena tuduhan saya, dan sukacita akan kemungkinan-kemungkinan yang terbuka.

Saya pulang ke rumah dan menemukan suratkabar Maria yang saya taruh di salam satu laci baju dan mulai membacanya. Sewaktu saya membawa menurut laporan apa yang dikatakan oleh Maria, saya tersengat oleh kenyataan betapa pesan-pesannya begitu sesuai dengan Alkitab - berdoa, bertobat, berpuasa, komitmen hidupmu kepada Kristus. Ini jelas bukan pekerjaan Iblis. Saya berpikir keras, "Apakah ini betul-betul Bunda Allah." Jika benar demikian, maka apa yang dia katakan sungguh penting dan perlu kita perhatikan. Salah satu dari pesan-pesannya yang sering diutarakan agak membingungkan: "Berdoalah Rosario setiap hari." Joetta dan saya sama sekali tidak tahu tentang Rosario. Mungkin sudah tiba waktunya untuk mengetahui tentang doa ini.

Sewaktu Regan hendak pergi ke konferensi Maria, Joetta memberikan sejumlah uang kepadanya untuk membeli sebuah Rosario. Hubungan persahabatan antara mereka berdua telah menjadi tegang, dan penuh emosi karena perihal Maria, dan Joetta merasa jika dia memberikan kesempatan kepada Regan untuk menunjukkan cara berdoa Rosario kepadanya, paling tidak mereka berdua tetap berdialog. Sekembalinya Regan memberikan Joetta sebuah Rosario, dia berkata, "Bagusnya orang yang membuat Rosario ini tinggal di dekat kota Tulsa, yaitu di Claremone, Oklahoma. Dia menjamin, jika ada masalah dengan Rosarionya."

Makin Joetta perhatikan Rosarionya, makin timbul rasa tidak sukanya terhadap potongan segitiga ditengahnya. "Tampaknya seperti sebuah lambang berhala. Saya akan menelpon Two Hearts Rosaries (=Rosario Dua Hati, nama pembuatnya) dan menanyakan jika mereka bisa menukarkannya dengan yang lainnya."

"Marilah datang kesini," suara di seberang sana menjawab, "karya tangan Bob dijamin, dan dia akan dengan senang hati menukarkannya dengan sesuatu yang anda sukai." Ketika kami tiba, Johanna istri Bob menanyakan Joetta tentang apa yang salah dengan Rosarionya. "Ini...segitiga kecil ditengahnya," kata Joetta, "Saya tidak suka segitiga itu." Johanna memandang Joetta dengan rasa heran, "Memangnya apanya yang tidak engkau sukai?" "Hmm...gambarnya kelihatan terlalu....Katolik!"

Johanna tersenyum, "Rosario itu....ya memang Katolik!" Sementara Joetta memperhatikan potongan segitiga tersebut, Bob sedang berbagi cerita dengan saya tentang apa yang mereka alami sewaktu berziarah di suatu tempat penampakan Maria di Eropa. Saya berteriak kepada Joetta, "Mari sini dan dengarkan cerita ini. Engkau tidak akan mempercayainya!" Mereka adalah umat Katolik betulan pertama yang pernah bercakap-cakap dengan kami, selain suster Monica Marie dan Romo Vima.

Bob mengisahkan kepada kami betapa Tuhan melalui Maria telah merubah jalan hidup mereka. Sewaktu dia menceritakan kisahnya, air mata mengalir di wajahnya. Dia mengaku bahwa dia belum berhenti menangis sejak dia kembali dari peziarahan mereka. Dalam kata-katanya sendiri, hatinya "telah luluh." Sekembalinya mereka, Bob berhenti dari pekerjaannya di Amoco, suatu perusahaan pertambangan raksasa. Dia bekerja sebagai teknisi laboratorium dan telah bekerja untuk perusahaan tersebut selama lebih dari 21 tahun! Tidak lama sesudahnya, Johanna berhenti dari pekerjaannya mengajar di Tulsa University. Tuhan telah memanggil mereka untuk patuh dan bergantung seutuhnya kepada-Nya.

Selama masa itu, Bob bertemu dengan seorang biarawati yang menunjukkan cara membuat Rosario kepadanya. Bob memutuskan untuk membuat dua Rosario: satu untuk berterima kasih kepada Maria karena membimbing mereka kepada Yesus, dan satunya lagi untuk Yesus karena menyelamatkan jiwanya. Yang lainnya tidak penting. Setiap Rosario yang dibuat oleh Bob dibuat dengan penuh kasih oleh tangannya. Dia menganggap setiap manik-manik sebagai sebuah doa yang dikirim oleh Maria untuk mentobatkan dan membawa jiwa-jiwa kepada Yesus. Pertobatan Joetta dan saya adalah hasil langsung dari doa-doa tersebut.

Setelah pertemuan kami dengan Bob dan Johanna, emosi saya sungguh terguncang. Sewaktu kami berkendara pulang tak seorangpun dari kami mengucapkan sepatah katapun. Seolah-olah kami mengalami peristiwa epifani. Saya tidak dapat menjelaskannya. Saya merasa telah mengalami kehadiran Yesus disana. Karena tidak ingin langsung pulang ke rumah, saya berhenti di restoran Taco Bueno untuk membeli minuman. Sewaktu kami berada di sana saling berpandangan air mata mulai mengalir di wajah kami. Apa yang sedang terjadi terhadap diri kami? Apa yang Tuhan minta dari kami?

Kehidupan kami rasanya seperti didorong ke arah Gereja Katolik. Sebelumnya Regan telah memperkenalkan kami kepada pemilik toko buku Katolik setempat, sehingga kami memutuskan untuk pergi kesana untuk informasi lebih lanjut. Lee dan Anita dengan ramah menyambut kami dan menunjukkan pada apa yang kami butuhkan. Ketika kami menghitung pajak pendapatan pada akhir tahun itu, kami baru menyadari bahwa kami telah menghabiskan lebih dari US$5000 untuk membeli buku-buku, kaset-kaset, video-video dan macam-macam materi lainnya dalam rangka mencari kebenaran rohani! Kami tidak pernah puas. Kami berada di toko milik Lee sampai tiga-empat kali sehari. "Kami datang kesini untuk 'pengobatan' iman Katolik." Lee dan Anita hanya tertawa berderai dan menunjukkan kami kepada buku, kaset atau video lainnya. Seperti suatu kecanduan yang tidak pernah memuaskan dahaga kami. Satu pertanyaan membawa kepada pertanyaan lainnya dan lainnya. Sungguh merupakan suatu pengalaman yang mempesonakan.

Kami mulai tidur lebih telat dan bangun lebih pagi untuk membaca sebanyak mungkin dalam satu hari. Kami memutuskan untuk memaksimalkan waktu luang kami. Saya mulai mengantarkan Joetta pergi bekerja dan menjemputnya supaya kami bisa membaca keras-keras secara bergantian. Saya menjemputnya pada jam makan siang, dan meletakkan dua kursi kebun dan meja dorong di bagasi dan berkendara ke taman kota supaya kami bisa membaca tanpa interupsi. Kami mengambil giliran - yang satu makan sedangkan yang lain membaca keras-keras. Kami melakukan segalanya bersama-sama. Tuhan sedang berbicara dengan penuh rahmat kepada kami. Membawa kami berdua secara bersamaan untuk lebih mendalami-Nya.

Kami membaca buku Katekismus Gereja Katolik dari awal hingga akhir. Buku Katekismus Gereja katolik adalah karya teologis sistematik yang paling hebat yang pernah kami baca. Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah lama kami cari-cari, bermunculan seperti curah hujan lebat.

Saya ingat suatu hari Sabtu pagi yang tertentu. Kami berdua bangun jam 4 pagi dini hari. Kami duduk di atas ranjang dengan satu tangan memegang Alkitab sedangkan yang lainnya memegang buku Katekismus Gereja Katolik. Saya akan berkata, "Joetta, dengerkan ini. Sungguh fantastis. Yang ini sungguh membawa segalanya menjadi terang!" Sebelum saya selesai, Joetta akan memotong dan berkata, "Larry, tunggu, tunggu dulu. Dengarkan ini!" Dia lantas akan membaca dari bagian lain dari buku Katekismus. Kami membaca dari ayat-ayat Alkitab yang mendukung, lau meneliti tulisan-tulisan pada Bapa Gereja Perdana dan kemudian memeriksa komentari Alkitab. Pada waktu kami tersadar, waktu sudah menunjukkan jam satu siang! Topik-topik seperti Kehadiran Sejati Kristus dalam roti dan anggur, peran Maria dalam Gereja, doa-doa kepada orang kudus, Alkitab versus Tradisi yang otoritatif versus Sola Scriptura, otoritas Sri Paus, Api Penyucian, dan Penyelamatan sebagai suatu proses versus Penyelamatan yang sudah komplit, kami mulai melihat semuanya dari sudut pandang yang baru. Seolah-olah seperti menemukan potongan teka-teki yang hilang dalam sebuah teka-teki teologis. Gambaran yang seutuhnya mulai menjadi jernih.

Tuhan Yesus membawa kami melalui dua lintasan secara berbarengan: yang satunya intelektual dan yang lainnnya emosional. Kami telah mengucapkan doa Rosario, dan "parkir" di sofa Bob dan Johanna sembari menanyakan pertanyaan demi pertanyaan tentang doktrin, tradisi dan kebiasaan Katolik. Kami meminta kepada Tuhan untuk menyatakan kepada kami kalau memang benar Dia sedang membawa kami kedalam Gereja Katolik, karena tidak satupun dari ini masuk akal bagi kami. Kami telah menghabiskan sepanjang hidup kami dalam gereja-gereja Protestan dan merasa puas dengan pelayanan kami. Kami sungguh-sungguh perlu mengetahui tentang Gereja kepada mana Tuhan sedang memanggil kami. Tiga minggu sebelum kami mengambil keputusan, saya mengucapkan doa ini. "Bapa, jika Engkau memanggil kami kedalam Gereja Katolik, saya menginginkan suatu tanda, dan saya ingin suatu tanda yang besar."

Beberapa hari setelahnya, kami sedang berkendara pulang dari suatu perjalanan singkat ke Dallas. Ditengah perjalanan kami menyaksikan matahari yang terbesar yang pernah kami saksikan. Besarnya dari horizon ke horizon, dan tampak seolah-olah kami sedang mengendara ke dalamnya. Suatu deretan warna-warni yang tidak dapat dijelaskan lewat kata-kata - oranye, merah dan dadu. Sungguh suatu hal yang luar biasa, sedemikian sehingga cucu lelaki kami yang masih kecil, yang tadinya sedang tidur di kursi belakang, duduk dan berkata, "Opa, opa lihat tidak? Indah sekali ya? Meskipun begitu cemerlangnya tetapi kami masih bisa memandangnya secara langsung.

Sewaktu matahari terbenam kami mulai menyetel kaset rekaman oleh Dr. Scott Hahn dan sembari terus melanjutkan ke arah Oklahoma City. Sewaktu saya menatap ke langit malam saya kembali berdoa dalam hati, "Ya Tuhan, jika Engkau memanggil kami ke dalam Gereja Katolik berikanlah kami sebuah tanda dan harap berikanlah suatu tanda yang besar!"

Pada saat yang bersamaan, tanpa saya ketahui, Joetta sedang menatap keluar dari jendela di sisi penumpang dan berdoa dalam hati, "Santa Maria, jika engkau sungguh-sungguh nyata, kami harus mengetahuinya melebihi segala keraguan apapun." Tiba-tiba saya mendengar Joetta ternganga dan berkata, "Ya Tuhan, Larry, Larry, lihatlah!" Sewaktu saya melihat ke sebelah kanan, saya melihat apa yang tampak seperti untaian bintang-bintang jatuh dalam gerak lambat dari sebelah kanan menurun ke sebelah kiri. Tepat sebelum bintang-bintang tersebut menyentuh horizon, mereka berganti arah dan melesat ke atas tegak lurus dan kemudian kembali berubah arah bawah menuju bumi dan jatuh tepat di tengah-tengah jalan raya. Biasanya sebuah "bintang jatuh" (=meteor) melesat ke bawah dan bergerak begitu cepat sehingga anda tidak punya waktu untuk memberitahu seseorang mengenainya. Kami berdua tidak sanggup berbicara karena kami berdua menyaksikannya! Akhirnya Joetta mengakhiri kesunyian, "Kamu lihat hal itu, bukan?" Kami berdua jelas-jelas terguncang.

Saya menyetel sebuah kaset oleh penyanyi Katolik, Dana, dimana dia menyanyikan seluruh Rosario, dan untuk selama empat setengah jam berikutnya kami berdoa Rosario bersamanya. Kami selesai tepat sewaktu kami mencapai jalanan keluar tol ke arah rumah kami. Sewaktu kami memutar di jalan tol dan mengendara naik bukit, disana, tergolek di atas jalan di depan kami, bulan-seperempat yang terbesar, terindah, dan paling terang benderang yang pernah kami lihat. Seperti juga waktu matahari terbenam, seolah-olah bulan itu duduk ditengah-tengah jalann dan menjulang tinggi ke angkasa seperti matahari yang kami lihat sebelumnya. Selama dua setengah mil (=4 km) kami menyaksikan dengan penuh keheningan.

Sewaktu kami memutar di depan garasi rumah, bulan tersebut menghilang. "Joetta, semua hal ini mengingatkan kamu terhadap apa?" "Kitab Wahyu pasal 12 !!!" dia berkata: "Suatu tanda besar muncul di langit: seorang wanita yang berselubungkan matahari, dengan bulan dibawah kedua kakinya dan suatu mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya." Pada saat itu kami menyadari bahwa Roh Kudus tidak hanya membawa kami ke Gereja Katolik, tetapi bahwa Maria yang menuntun di depan.

Dua bulan sesudahnya Joetta dan saya berlutut di dalam sebuah kapel di kampus University of Tulsa dan mengucapkan doa Konsekrasi kepada Hati Maria Yang tak Bernoda. Kasih kami terhadapnya tanpa batas. Tadinya saya khawatir kalau dia akan mengalihkan kasih saya kepada Yesus, tetapi apa yang saya temukan adalah kasih saya kepada Kristus telah menjadi lebih dalam melebihi takaran. Sungguh sudah melebihi takaran!

Pada tanggal 12 September 1997, saya menyerahkan surat pentahbisan saya sebagai pendeta kepada uskup Bruce Blake dari gereja United Methodist. Dengan melakukan hal itu, saya telah melepaskan pelayanan 30 tahun sebagai pendeta Protestan untuk menjadi Katolik. Bagi umumnya kolega-kolega saya, tindakan ini adalah suatu kesalahan yang besar yang mengerikan, tetapi bagi Joetta dan saya, ini adalah "pulang ke rumah."

Pada bulan Januari kami melakukan perjalanan ziarah ke Roma untuk melambangkan keinginan kami untuk meletakkan diri kami dibawah otoritas Sri Paus Yohanes Paulus II dan Gereja Katolik Roma. Pada bulan Maret ini, Joetta dan saya pergi berziarah ke Medjugorje, yaitu situs penampakan Maria di Eropa Timur untuk berterima kasih kepada Santa Maria yang membawa kami kedalam Gereja Katolik. Kami sekarang menanti-nanti dengan penuh semangat untuk diterima dalam persekutuan penuh dalam Gereja Katolik pada pesta Paskah mendatang. Ini adalah titik kulminasi dari perjalanan 23 bulan yang merubah jalan hidup kami. Terima kasih Maria karena membawa kami pulang ke rumah.


--------------------------------------------------------------------------------
Larry Lewis mendapat gelar Master of Divinity dari Phillips Theological Seminary dan sekarang sedang mengambil program Doctoral di Oral Roberts University dimana riset doktoralnya adalah membela iman Katolik. Pasangan Lewis memiliki tiga putri yang sudah menikah dan lima cucu. Kisah pengalaman mereka bisa anda dengarkan dalam video yang tersedia di website ini. Foto diambil oleh penterjemah di Konferesi Maria 2002 di San Ramon, California, dimana pasangan suami istri ini tampil sebagai salah satu pembicara.
Alihbahasa: Jeffry Komala
© www.gerejakatolik.net

Baca Selengkapnya

Senin, 25 Agustus 2008

Iman Katolik

Saya akan memberikan sedikit artikel tentang Gereja Katolik Roma.
Semoga dengan adanya artikel ini semakin memperkuat iman kita. Amin Amin.
Artikel ini disadur dari
id.wikipedia.org

GEREJA KATOLIK ROMA
Gereja Katolik Roma atau Gereja Katolik (lihat terminologi di bawah atau Katolik untuk penjelasan yang lebih detil tentang "Gereja Katolik") adalah Gereja Kristen dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma, saat ini dijabat Paus Benediktus XVI. Gereja katolik menurut asal-usulnya dari komunitas Kristiani perdana yang didirikan oleh Yesus Kristus dan dipimpin oleh ke-12 Rasul, khususnya Santo Petrus.

Gereja Katolik merupakan Gereja Kristen terbesar dan organisasi keagamaan terbesar di dunia. Menurut Buku Tahunan Statistik Gereja katolik, keanggotaannya di seluruh dunia pada akhir tahun 2005 berjumlah 1.114.966.000, meliputi sekitar 60 persen dari semua penganut Kristen atau kira-kira satu dari enam orang di dunia beragama Katolik.

Gereja Katolik merupakan sebuah organisasi sedunia yang terdiri atas satu Gereja Partikular Ritus Latin dan 22 Gereja Partikular Ritus Timur, semuanya mengakui Tahta Suci di Roma sebagai otoritas tertingginya di muka bumi. Gereja Katolik terbagi-bagi dalam wilayah-wilayah yurisdiksi, biasanya atas dasar teritorial. Satu unit teritorial standar disebut diosis (di Indonesia disebut keuskupan) dalam ritus Latin atau eparki dalam ritus-ritus Timur, masing-masing dikepalai seorang uskup. Pada akhir tahun 2005, jumlah total seluruh wilayah yurisdiksi tersebut adalah 2.770.

Terminologi
Sepanjang sejarahnya, Gereja yang dijelaskan dalam artikel ini menggunakan banyak nama, antara lain "Gereja", "Gereja Katolik", dan "Gereja Katolik Roma". Nama "Gereja Katolik" digunakan untuk membedakannya dengan Gereja-Gereja lain yang tidak berada dalam persekutuan penuh (komuni penuh) dengan Uskup Roma, yakni Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, Anglikan, dan berbagai denominasi Protestan.


Nama "Gereja Katolik Roma" pertama kali digunakan oleh kaum Protestan untuk menyebut seluruh Gereja yang setia kepada Uskup Roma. Namun nama ini juga digunakan oleh umat Katolik sendiri sejak abad ke-17, baik dalam bahasa Inggris, bahasa Perancis, maupun bahasa Latin, untuk memperkenalkan iman mereka terutama dalam hal persekutuan mereka dengan tahta keuskupan Roma. Di kawasan Timur Tengah, sebutan Gereja Katolik Roma dapat pula berarti Gereja Melkit, atau Gereja katolik yang menggunakan Ritus Latin, atau bahkan bisa berarti Gereja Katolik di kota Roma, Italia.

Dalam hubungannya dengan Gereja-Gereja lain, nama "Gereja Katolik" yang dipergunakan, dan untuk urusan internal digunakan nama "Gereja". Sebagai contoh, dalam Katekismus Gereja Katolik, nama "Gereja" digunakan ratusan kali, sedangkan nama "Gereja Katolik" hanya digunakan 24 kali, bahkan nama "Gereja Katolik Roma" sama sekali tidak digunakan.

Penggunaan nama "Gereja Katolik" secara resmi diterima oleh beberapa Gereja Kristen lainnya, namun kebanyakan dari mereka menggunakan istilah "Gereja Katolik Roma" untuk menyebut Gereja ini. Meskipun demikian, dalam penggunaan secara informal, bahkan oleh anggota-anggota Gereja lainnya istilah "Gereja Katolik" difahami sebagai nama dari Gereja ini. Pada tahun 397 Masehi, Santo Agustinus menjelaskan bahwa nama tersebut bahkan difahami oleh mereka yang digolongkannya sebagai kaum bidaah:

... Nama itu, yakni Katolik, yang bukannya tanpa alasan, dengan dikelilingi begitu banyak bidaah, telah digunakan oleh Gereja; dengan demikian, meskipun semua kaum bidaah ingin disebut Katolik, namun jika ada orang asing bertanya dimanakah jemaat Katolik berkumpul, maka tak satupun kaum bidaah yang berani menunjuk kapel atau rumahnya sendiri.

Singkatnya, baik nama "Gereja Katolik", maupun "Gereja Katolik Roma" digunakan sebagai sebutan alternatif bagi seluruh gereja "yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan oleh para uskup yang berada dalam satu komuni bersamanya."


Asal-usul dan sejarah
Gereja Katolik didirikan oleh Yesus dan Keduabelas Rasul, dilanjutkan oleh para uskup sebagai penerus para rasul umumnya, dan Sri Paus sebagai penerus Santo Petrus khususnya.[1] Istilah "Gereja Katolik" diketahui pertama kali digunakan dalam surat dari Ignatius dari Antiokhia pada tahun 107, yang menulis bahwa: "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ."[2]

Selain itu, para penulis Katolik memberikan daftar sejumlah kutipan dari para Bapa Gereja terdahulu yang mendukung bahwasanya Tahta Keuskupan Roma memiliki otoritas yurisdiksional atau primasi atas gereja-gereja lain,[3] di lain pihak para penulis Ortodoks menolak klaim tersebut yang merupakan salah satu dari pokok permasalahan di balik skisma Timur-Barat, dengan secara historis memandang Sri Paus sebagai primus inter pares (yang pertama di antara yang sederajat).[4]

Di pusat doktrin-doktrin Gereja Katolik ada Suksesi Apostolik, yakni keyakinan bahwa para uskup adalah para penerus spiritual dari Keduabelas Rasul mula-mula, melalui rantai konsekrasi yang tak terputus secara historis. Perjanjian Baru berisi peringatan-peringatan terhadap ajaran-ajaran yang sekedar bertopengkan Kristianitas,[5] dan menunjukkan bahwa para pimpinan Gereja diberi kehormatan untuk memutuskan manakah yang merupakan ajaran yang benar.[6] Gereja Katolik mengajarkan bahwa Gereja Katolik adalah keberlanjutan dari orang-orang tetap setia pada kepemimpinan apostolik (rasuli) dan episkopal (Keuskupan) serta menolak ajaran-ajaran palsu.

Pra Abad-Pertengahan
Sesudah melewati suatu periode awal yang diwarnai penganiayaan secara sporadik namun intens, Kristianitas menjadi legal pada abad ke-4, ketika Kaisar Konstantinus I mengeluarkan Edicta Milano (Edik Milano) pada tahun 313. Konstantinus berperan penting dalam penyelenggaraan Konsili Nicea Pertama pada tahun 325, yang ditujukan untuk melawan bidaah Arianisme dan merumuskan Kredo Nicea yang digunakan oleh Gereja Katolik, Ortodoksi Timur, dan berbagai Gereja Protestan.



Pada tanggal 27 Februari 380, Kaisar Teodosius I memberlakukan sebuah hukum yang menetapkan Kristianitas Katolik sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi dan memerintahkan untuk menyebut yang lain dari pada itu sebagai bidaah.[7]
Halaman bergambar dari Book of Kells yang termasyhur itu, 800.Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, Gereja Katolik melewati suatu masa kegiatan dan ekspansi misi. Selama Abad Pertengahan Katolisisme menyebar di antara bangsa Jerman (pada awalnya bersaing dengan Arianisme), Viking, Polandia, Kroasia, Ceko, Slowakia, Hungaria, Lithuania, Latvia, Finlandia dan Estonia. Keberhasilan kehidupan monastik menumbuhkan berbagai pusat pembelajaran, teristimewa yang paling masyhur di Irlandia dan Gallia, serta berkontribusi bagi Abad Pencerahan Dinasti Carolingian (Carolingian Renaissance). Di kemudian hari yakni pada kurun waktu Abad Pertengahan, Sekolah-sekolah Katedral berkembang menjadi universitas-universitas (Universitas Paris, Universitas Oxford, dan Universitas Bologna), cikal bakal dari lembaga-lembaga pembelajaran Barat moderen.

Skisma akbar
Dalam abad ke-11, melalui serentetan proses selama beberapa abad, Gereja mengalami skisma akbar di mana Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur terbelah akibat isu-isu administrasi, liturgi, dan doktrin, khususnya masalah klausa Filioque dan primasi jurisdiksi kepausan. Secara konvensional skisma ini berpenanggalan tahun 1054, ketika Patriark Konstantinopel dan Sri Paus mengeluarkan pernyataan saling mengucilkan. Baik Konsili Lyons II tahun 1274 maupun Konsili Basel tahun 1439 berusaha menyatukan kembali kedua Gereja, namun pihak Ortodoks menolak kedua konsili itu. Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur masih dalam keadaan skisma hingga hari ini, meskipun demikian dalam deklarasi bersama Katolik-Ortodoks tahun 1965 pernyataan pengucilan tersebut ditarik kembali baik oleh Roma maupun Konstantinopel, dan upaya-upaya mengakhiri skisma terus berlanjut. Beberapa Gereja Timur telah bersatu kembali dengan Gereja Katolik dengan menerima primasi kepausan, dan beberapa Gereja Timur lainnya mengaku tidak pernah keluar dari persekutuan dengan Sri Paus.

Perang Salib
Perang Salib adalah serangkaian perang militer sejak tahun 1092 di Tanah Suci dan tempat-tempat lain, direstui oleh kepausan, dimulai pada masa kepausan Urbanus II sebagai tanggapan terhadap permintaan bantuan dari Kaisar Byzantium melawan ekspansi Turki. Perang Salib ini serta perang-perang Salib selanjutnya akhirnya gagal meredakan agresi orang-orang Turki dan bahkan menimbulkan rasa benci antar umat Kristiani akibat penjarahan dan pendudukan kota Konstantinopel selama Perang Salib ke-4.

Inkuisisi
Sejak sekitar tahun 1184, dan berlanjut selama Reformasi Protestan, terjadi sejumlah kegiatan historis yang melibatkan Gereja Katolik, dan yang dikenal luas sebagai Inkuisisi, ditujukan untuk menyelamatkan kesatuan religius dan doktrinal dalam Kristianitas melalui pentobatan, dan kadang kala penganiayaan, orang-orang yang didakwa bidaah. Terbukti bidaah, yang dipandang sebagai pengkhianatan terhadap dunia Kristen, dapat mengakibatkan penerimaan hukuman yang berkisar dari hukuman ringan sampai hukuman mati (antara lain dibakar hidup-hidup) yang dilaksanakan oleh negara. Contoh dari langkanya pelaksanaan hukuman mati tersebut adalah, sejak tahun 1540 sampai 1700 dari semua perkara yang diajukan kepada Inkuisisi Spanyol hanya 2-3% yang berakhir dengan eksekusi mati, lebih rendah dari pada peradilan sekuler manapun secara virtual pada masa itu.[8] Menurut para sejarawan, Inkuisisi Abad Pertengahan, Inkuisisi Spanyol, Inkuisisi Roma, dan Inkuisisi Portugis adalah peristiwa-peristiwa historis yang berbeda. Cakupan dari aktivitas Inkuisisi, dan khususnya angka kematian yang tepat, telah menjadi bahan propaganda di kemudian hari.

Baca Selengkapnya

Selasa, 29 Juli 2008

MIsteri "Bug" AntiVir Personal

Kebanyakan dari kita menggunakan antivirus gratis, dimana penggunaannya untuk personal use saja, salah satu antivirus yang sering digunakan adalah:

AntiVir Personal



Tetapi, belakangan ini ada pengalaman yang kurang mengenakan dengan antivirus ini, entah karena proses update terganggu atau mungkin ada file antivir yang corrupt, sehingga membuat start menu Windows Xp saya frezee, pertama kali saya lihat problem ini, saya kira ini adalah ulah dari virus.

Saya coba jalan Ctrl+Alt+Del  "Task Manger", yang merupakan program bawaan Microsoft untuk melihat proses yang sedang  berjalan. biasanya program ini yang paling sering di disable, kalau ada virus lokal yang sedang ngendon di PC. ternyata tidak ada sama sekali, program yang mencurigakan yang saya temukan dengan  TAsk Manager , tetapi kolom user name di task manager pun menjadi blank.

Tidak terima dan menganggap bahwa data dari Task manager kurang valid, Saya menggunakan Tool lain yaitu Process Explorer, Tool ini sempat menjadi primadona di jaman virus MS.Blaster, Process explorer menyediakan informasi yang lebih lengkap dibandingkan dengan Task Manager.




Kita bisa lihat, dimana setiap proses yang berjalan baik secara langsung maupun background dapat diketahui, dan yang paling menyenangkan adalah terdapat info mengenai company name mengenai program yang sedang berjalan. biasanya virus lokal yang suka menjiplak file windows, tidak mempunyai company name. langsung aja saya buka Process explorer dan mulai mencari "tersangka" hehehe. Ternyata hasilnya nihil alias bersih dari program yang mencurigakan.

Seperti biasa, frustasi selalu membuat saya konsultasi dengan Mbah Google, dengan menggunakatan kata kunci "Start Menu freeze" "Start Menu crash", ternyata ada cara jitu, yang membuat kita dapat menemukan pelaku kekacauan crash, freeze, restart yang terjadi. dan Tool itu bernama "Computer Management".



Cara menjalankanya sangat gampang.

1. Klik kanan My Computer di Desktop
2. Pilih Manage
3. Terus expand Sytems Tools
4. Expand Event Viewer
5. That's right brother, windows mencatat semua kejadian seperti Pak RT, jadi semua kejadian unik dan nyata terekam di event viewer tersebut.

Dan saya menemukan bahwa ada masalah dengan program Antivir, di mana file antivir dengan extention ".exe", mengalami corrupt sehingga icon status antivirus yang selalu mejeng di taskbar dekat jam, tidak mau muncul dan membuat Start Menu ngambek.

Langsung aja saya apel ke Add Remove Program yang ada di control panel, ternyata Add remove Programs ikut ikutan ngambek, karena tidak ada satupun nama program yang dapat saya uninstal, wow tidaaaaaaaak, kiamat sudah dunia, apa kata dunia ?.

Konsultasi dengan Mbah Google pun berlanjut. ternyata di Windows ada sebuah program yang penting, untuk menampilkan nama program yang sedang berjalan. namanya adalah " Services.Exe" tanpa adanya program ini, maka task manager dan add remove program, tidak akan menampilkan nama program yang berjalan maupun yang di-install, maka secara logika dengan corruptnya file antivir membuat program background lainya tidak dapat di load. sehingga hasilnya kerusuhan besar di dalam sistem saya .

So dengan sambil berdoa, harapan saya hanya ada di  "safe mode" Windows Xp. Maka setelah restart komputer terus tekan tombol F8 sebelum masuk ke logo booting Windows, dan memilih safe mode. Saya masuk ke dalam Safe Mode Windows Xp. Ndak pakai lama saya coba buka lagi Add remove Programs, ternyata semuanya masih normal di safe mode, langsung aja saya cari AntiVir dan remove tuh program dan restart. Voila start menu langsung bekerja kayak tidak pernah terjadi apa-apa.

So kesimpulan kadang antivirus juga bisa bikin masalah sama seriusnya dengan virus itu sendiri.



Blogged with the Flock Browser

Baca Selengkapnya